Selasa, 29 Desember 2015

Abstrak

Tujuan penelitian ini mengkaji ketercapaian konsep kota nyaman/layak huni (liveable city) di Kota Balikpapan. Metoda analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan pendekatan analisis data kuantitatif dan kualitatif (pendekatan campuran/mix approach). Analisis kuantitatif pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Importance Performance Analysis dan analisis kualitatif pada penelitian ini dilakukan dengan metoda content analysis (analisis isi). Pencapaian konsep liveable city di Kota Balikpapan mencapai 30 (tiga puluh) indikator atau sebesar 71,43% dari 42 indikator konsep liveable city dengan rincian untuk distribusi masing masing indikator secara berurutan: aspek fisik 10 (sepuluh) indikator, aspek lingkungan manusia 9 (sembilan), aspek lingkungan alam 7 (tujuh) indikator dan aspek ekonomi 4 (empat) indikator. Secara keseluruhan untuk hasil analisis aspek manajemen pengembangan kota di Kota Balikpapan sudah berjalan dengan baik. Kemudian untuk aspek komunikasi yang dianggap aspek penting maka perlu diketahui komponen audit komunikasi yang berjalan di Kota Balikpapan, hasilnya komponen audit komunikasi sebagian besar dipersepsikan sangat baik hal ini terbukti dari berbagai penghargaan yang diperoleh Kota Balikpapan sebagai akibat dari komunikasi antara stakeholder di Kota Balikpapan yang baik. Faktor kepemimpinan, komitmen dan political will serta aspek koordinasi dan komunikasi merupakan faktor kunci yang mendorong pencapaian konsep liveable city di Kota Balikpapan. Pada dasarnya pengembangan liveable city Kota Balikpapan memang belum bisa sepenuhnya tercapai karena dalam mencapai liveability yang ideal membutuhkan sebuah proses yang panjang. Walaupun demikian, pengembangan liveable city di Kota Balikpapan bisa dijadikan lesson learn dan model pengembangan kota layak/nyaman huni bagi kota/kabupaten lain yang ingin mengembangkan liveable city serupa.

Kata-kunci: indikator, Ketercapaian, liveable city, manajemen, pengembangan

Pendahuluan
Kota nyaman/layak huni (liveable city) menggambarkan sebuah kota dengan lingkungan dan atmosfer yang nyaman untuk ditinggali dan bekerja yang dilihat dari berbagai aspek, baik itu fisik maupun non fisik, pinsipnya adalah ketersediaan kebutuhan dasar, fasilitas publik, ruang terbuka untuk interaksi sosial, keamanan, dukungan fungsi ekonomi sosial, dan sanitasi. Livability adalah nilai tertinggi dari new urbanism dengan fokus managemen konflik pertumbuhan dengan mengintegrasikan nilai livability dan ekonomi melalui desain urban. Selama kurun waktu 5 (lima) tahun Balikpapan telah menetapkan visi sebagai kota nyaman/layak huni (liveable city) yang termuat dalam RPJMD Tahun 2011-2016 (Perda No.8 Tahun 2011). Kota Balikpapan, yang berkembang pesat, berada di tengah jaringan transportasi Trans Kalimantan dan Trans Nasional dan posisinya strategis baik internal maupun eksternal. Tahun 2014 laju pertumbuhan ekonomi Kota Balikpapan di atas rata-rata nasional sebesar 6,02%. Pertumbuhan penduduk juga cukup tinggi mencapai 5,01% dari tahun 2013-2014. Berdasarkan survei Indonesian Most Liveable City Index 2014 yang dilakukan Ikatan Ahli Perencana Indonesia yang merupakan “snapshot” sederhana berdasarkan persepsi warga sebagai penerima manfaat pembangunan kota, kota Balikpapan tampil
Kajian Ketercapaian Kota Layak Huni (Liveable City) Kota Balikpapan sebagai kota paling nyaman dan layak huni di Indonesia dengan nilai di atas rerata secara nasional. Kota Balikpapan sudah seharusnya dapat menyediakan keadaan lingkungan yang mendukung aktivitas penduduknya sehari-hari agar kebutuhan kenyamanan penduduk dapat terpenuhi yang ditopang oleh manajemen kota yang baik.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji ketercapaian konsep liveable city di Kota Balikpapan.
Sasaran dari penelitian ini adalah:
1. Teridentifikasinya ketercapaian konsep Liveable City di Kota Balikpapan.
2. Terpetakannya manajemen pengembangan kota di Kota Balikpapan.
3. Terumuskannya keterkaitan antara konsep liveable city dengan manajemen pengembangan kota di Kota Balikpapan.

Tinjauan Pustaka
Konsep livability yang diadaptasi oleh Berke et al (2006) dari Goldschalk (2004) dalam Urban Land Use Planning (5th Ed) adalah livability merupakan nilai tertinggi dari new urbanism dengan fokus managemen konflik pertumbuhan dengan mengintegrasikan nilai livability dan ekonomi melalui desain urban.
Hal yang akan dibahas dalam konsep liveable city dan manajemen pengelolaanya adalah mengenai aspek layak huni dan mekanisme pengembangannya yang indikatornya diambil dari beberapa kajian literatur. Justifikasi ketercapaian liveable city mengacu pada kajian yang dilakukan Bigio dan Dahiya (2004), Vliet (2008), Yang Song (2012), Hai-Yan (2012), Khee Giap Tan et al (2012), Ikatan Ahli Perencanaan (2014), CLC Singapore (2014) dan Lowe et al (2013). Sementara itu untuk kriteria manajemen pengembangan liveable city mengacu pada kajian yang dilakukan Edward III dan Gorge CM. (1980), Parkinson (1990), Goggin dan Malcolm L et al (1990), Devas dan Rakodi (1993), Baccus (2001), Hargie dan Tourish (2003), Jeffres (2010), Pathak (2008) dan UNESCAP (2009).

Metodologi
Metoda analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif (pendekatan campuran/mixed approach). Analisis kuantitatif pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Importance Performance Analysis dan analisis kualitatif pada penelitian ini dilakukan dengan metoda content analysis (analisis isi). Penelitian bersifat eksploratif, yaitu dengan mengacu pada pengumpulan data melalui data sekunder, penelitian lapangan, observasi dan wawancara responden.
Berdasarkan justifikasi variabel liveable city dari berbagai literatur maka diperoleh faktor/ indikator/sub indikator dan alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian ini. Namun, karena tidak tersedianya data dan kendala biaya, sejumlah besar indikator teoritis akan dikurangi menjadi satu set indikator praktis yang dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini.
Gina Nawangwulan
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V4N2 | 317
Tabel 1 Penentuan Faktor, Indikator dan Sub-indikator Liveable city
Faktor
Indikator
Sub-indikator +/-
Alat Ukur
Literatur/Sumber
Ekonomi
Tenaga Kerja dan Pendapatan
Produk Domestik Bruto (PDB)
Laju Pertumbuhan PDB
• Community Indicators Victoria. Data Framework. 2013
• Money Magazine. Best Places to Live: Compare Cities. 2011
Tingkat Pengangguran
Orang yang Menganggur yang Dinyatakan Sebagai Persentase Dari Angkatan Kerja
Tingkat Lapangan Kerja
Orang Yang Bekerja, Dinyatakan Sebagai Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas
Prosepek Ketenagakerjaan ( Lapangan Kerja)
Persentase Perubahan Pertumbuhan Lapangan Kerja
Distribusi Pendapatan
Indeks Gini
Fisik
Pendidikan
Akses Ke Sekolah Dasar Milik Pemerintah
Jumlah Sekolah Dasar Negeri per 1000 Penduduk
• Community Indicators Victoria. Data Framework. 2013
• Money Magazine. Best Places to Live: Compare Cities. 2011
• Findlay, A., A. Morris, and R. Rogerson, 1988
Akses Ke Sekolah Dasar Milik Pemerintah
Jumlah Sekolah Menengah Negeri per 1000 Penduduk
Ratio Guru Murid di Sekolah
Ratio Guru Terhadap Murid pada Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah
Kedekatan Dengan Perguruan Tinggi dan Tempat Kursus / Pelatihan
Jumlah Perguruan Tinggi, Universitas, Sekolah Profesional Dalam Radius 30 Mil Dari Pusat Kota
Akses Ke Internet (Rumah)
Jumlah Masyarakat yang Dapat Mengakses Internet dan Jumlah Masyarakat yang Mengakses Internet Broadband
Transportasi
Korban Jiwa Akibat Kecelakaan Lalu Lintas di Jalan
Jumlah Korban Jiwa Akibat Kecelakaan di Jalan Per 100.000 Penduduk
• Community Indicators Victoria. Data Framework. 2013
• Honey-Ray, L. and C. Enns, 2009
• Litman, T. and D. Burwell, 2006.
Kecelakaan Lalu Lintas Di Jalan
Jumlah Kecelakaan di Jalan Per 100.000 Penduduk
Rak Sepeda
Jumlah Rak Sepeda yang Dapat Diakses di Ruang Publik
Tingkat Kecelakaan Lalu Lintas
Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas
( Korban Cacat dan Korban Jiwa) Per Kapita
Kesehatan
Tenaga Kesehatan per Jumlah Penduduk
Jumlah Tenaga Kesehatan per Jumlah Penduduk
• Findlay, A., A. Morris and R. Rogerson, 1988
• Community Indicators Victoria. Data Framework. 2013
• Design For Health, Health Impact Assessment: Threshold Analysis Workbook, 2008
Jarak Ke Pelayanan Kesehatan
Jarak Rata Rata Ke Pelayanan Kesehatan Terdekat (Km)
Tempat Tidur di Rumah Sakit
Jumlah Tempat Tidur di Rumah Sakit per Jumlah Penduduk
Jumlah Tenaga Kesehatan
Banyaknya Klinik Medis Terhadap Angka (Jumlah) Tenaga Medis Tiap 1000 Penduduk
Kedekatan dengan Fasilitas Kesehatan
Jumlah Fasilitas Kesehatan Dalam Radius 32 Km Dari Pusat Lingkungan
Perumahan
Kepadatan Penduduk
Kepadatan Penduduk, Diukur Dengan Tiap Orang Per Hektar
• Findlay, A., A. Morris, and R. Rogerson, 1988
• Cicerchia., 1999
• Li, F.Z., et al., 2008
Penggunaan Lahan Campuran
Keragaman Penggunaan Lahan (Kemerataan Sebaran Beberapa Jenis Penggunaan Lahan)
Keterjangkauan
Tarif Air Rata-Rata per Rumah Tangga
Rata-Rata Biaya Pemakaian Listrik Per Rumah Tangga
Lingkungan Alam
Udara
Kualitas Udara
Konsentrasi Ozon, Karbon Monoksida, Nitrogen Dioksida, Sulfur Dioksida dan Partikel Halus (PM10) di Udara
• Economist Intelligence Unit, Liveability ranking report, 2011
• Findlay, A., A. Morris, and R. Rogerson, 1988
• Community Indicators Victoria. Data framework. 2013
• Hashimoto, A. and M. Kodama, 1997.
Air
Kualitas Air
Kualitas Penyediaan Air
Sampah
Timbulan Sampah Rumah Tangga
Jumlah Sampah Non-Daur Ulang yang Dihasilkan Oleh Rumah Tangga
Penggunaan Listrik
Konsumsi Listrik Rumah Tangga
Konsumsi Listrik Per Rumah Tangga Dalam Megawatt/Jam
Iklim
-
Suhu Rata-Rata Tahunan
Biodiversity
-
Kawasan Hutan (Luas Area Hutan Per Kapita)
Ruang Terbuka Hijau
Ketersediaan Areal Hijau
Total Areal Hijau Di Perkotaan
• Community Indicators Victoria. Data framework. 2013
Ratio Ketersediaan Areal Hijau Terhadap Luas Wilayah Perkotaan
KAJIAN KETERCAPAIAN KOTA LAYAK HUNI (LIVEABLE CITY) KOTA BALIKPAPAN
318 | Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V4N2
Faktor
Indikator
Sub-indikator +/-
Alat Ukur
Literatur/Sumber
Ketersediaan Areal Hijau Menurut Unit Lingkungan dan Jenis Areal Jijau
• Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan
• UU No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
• Li, F.Z., et al., 2008
Lingkungan Manusia
Kriminalitas
Tingkat Tindak Kekerasan Keluarga
Catatan Jumlah Tindak Kekerasan Keluarga Dalam 1 Tahun
• Community Indicators Victoria. Data framework. 2013
• Findlay, A., A. Morris, and R. Rogerson, 1988
• Australian Bureau of Statistics, Crime and safety, Australia, 2005
Tingkat Tindak Kejahatan Terhadap Barang Kepemilikan
Catatan Jumlah Tindak Kekerasan Terhadap Barang Kepemilikan Dalam 1 Tahun (Seperti Pembakaran, Kerusakan Properti, Pencurian, Penipuan, Penanganan Barang Curian Dan Pencurian)
Tingkat Tindak Kejahatan Terhadap Orang
Catatan Jumlah Tindak Kekerasan Terhadap Orang Dalam 1 Tahun (Seperti Pembunuhan, Pemerkosaan, Seks, Perampokan, Penganiayaan, Dan penculikan )
Tingkat Kejahatan
Catatan Jumlah Korban Penyerangan / Kekerasan Seksual / Perampokan Dalam 1 Tahun)
Kenyamanan dan Budaya
Ketersediaan Tempat Hiburan/Rekreasi
Rasio Bioskop / Teater Terhadap Jumlah Penduduk
Ratio Gedung Pertunjukan Seni, Musium dan Galeri Seni Terhadap Jumlah Penduduk
• Findlay, A., A. Morris, and R. Rogerson, 1988
Banyaknya Klub Sosial Terhadap Jumlah Penduduk
Ketersediaan Klub Olah Raga Terhadap Jumlah Penduduk
Fasilitas Berbelanja Makanan dan Barang Lokal Lainnya
Keterjangkauan Terhadap Toko Makanan Sehat
Jumlah Supermarket atau Toka Buah Dengan Radius Jarak 1600 Meter Dari Pusat Lingkungan
• Findlay, A., A. Morris, and R. Rogerson, 1988
Akses Terhadap Pasar/Hipermarket
Banyaknya Pasar dan Hipermarket Terhadap Jumlah Penduduk
Sumber: Hasil Sintesis dari berbagai sumber, 2015.
Berdasarkan justifikasi manajemen pengembangan kota nyaman/layak huni (liveable city) dari berbagai literatur maka diperoleh kriteria faktor sebagai berikut:
1. kepemimpinan;
2. kelembagaan (adanya instansi pengelola dan kewenangan secara formal);
3. sumber pembiayaan;
4. keterlibatan dan partisipasi stakeholder;
5. transparansi dan akuntabilitas;
6. koordinasi dan komunikasi;
7. komitmen dan political will;
8. ketersediaan sarana dan prasarana penunjang; dan
9. kerjasama dengan berbagai pihak.
Sementara itu untuk variabel manajemen audit komunikasi peneliti mengacu hasil studi Jeffres, (2010) Auditing Communication System to Help Urban Policy Makers yang diadopsi oleh Ridwan Sutriadi, Kota Komunikatif: Perspektif Perencana (2014), yang dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini.
Gina Nawangwulan
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V4N2 | 319
Tabel 2 Variabel Audit Komunikasi dalam Pencapaian Liveable city di Kota Balikpapan
No.
Communication Audit
Inventarisasi kelengkapan rincian sistem komunikasi
1.
Peran Media Masa Bagi Pembangunan Kota untuk mencapai visi liveable city
2.
Komunikasi Dengan Perantara Teknologi Yang Dapat Menunjang Layanan Kepada Masyarakat Kota.
3.
Bentuk Komunikasi Interpersonal Yang Membahas Tentang Isu Isu Publik
4.
Ketersediaan Tempat Publik Untuk Saling Berinteraksi Antar Warga Kota
5.
Kegiatan Publik Bernuansa Publik Tradisional
Mengintegrasikan warga kota ke dalam sistem dinamik yang menyeluruh
6.
Kelengkapan Dari Sistem Komunikasi Yang Dapat Mengintegrasikan Warga Kota
7.
Kelengkapan Dari Sistem Komunikasi Dalam Konteks Perbedaan Etnis, Ras, Sosial, ataupun Perbedaan Sosial Ekonomi Masyarakatnya Sebagai Bahan Untuk Tujuan Publik.
8.
Pemimpin Pemerintahan Termasuk Tokoh Masyarakat Terhubung Dengan Warga Kotanya Oleh Suatu Sistem Komunikasi Tertentu
9.
Kelengkapan Dari Sistem Komunikasi Dapat Mendukung Pengambilan Keputusan Secara Kolektif Serta Mendukung Dialog Antar Warga ataupun Publik.
Memungkinkan warga kota untuk terlibat dalam aktivitas kemasyarakatan dan berpartisipasi dalam peran yang beragam
10.
Keragaman Aktivitas Warga Yang Terbuka Bagi Semua Warga Kota dan Dapat Dimanfaatkan Oleh Seluruh Warga Kota.
11.
Partisipasi Dan Ataupun Keterlibatan Warga Melalui Forum-Forum Publik, Ataupun Institusi-Institusi Tertentu, Serta Komunikasi Antar Warga Yang Membicarakan Isu Publik.
12.
Kelengkapan Dari Sistem Komunikasi Yang Dapat Memfasilitasi Warga Kota Untuk Terlibat Dalam Sistem Perekonomian (Sebagai Pengusaha, Konsumen Ataupun Pembeli Barang Ataupun Jasa, Hubungan Antar Pegawai, atau Antara Clients-Resources Providers).
Membuat keseimbangan yang sesuai antara kegegasan dan kestabilan kondisi.
13.
Sistem Komunikasi Yang Ada Tersebut Terbuka Untuk Ide, dan Masukan Dari Luar (External Inputs) Serta Kritik-Kritiknya.
14.
Media Yang Tersedia dan Kelengkapan Lainnya Dari Sistem Komunikasi Dapat Digunakan Pada Tradisi dan Sejarah yang Ada Pada Masyarakat Termasuk Pula Budaya yang Ada.
15.
Kelengkapan Dari Sistem Komunikasi Dapat Menjangkau Warga Yang Potensial Untuk Dapat Berpartisipasi, Seperti Misalnya Ada Community Website.
Sumber: Jeffres, L.W. (2010) Auditing Comminication System to Help Urban Policy Makers
Diadopsi dari : Sutriadi, Ridwan. Perspektif Perencana : Smart City, Inovasi, Kota Komunikatif, dan Kota berkeadilan (2015)
Hasil dan Pembahasan
Ketercapaian Liveable City di Kota Balikpapan
Pencapaian konsep liveable city di Kota Balikpapan secara keseluruhan untuk indikator liveable city yang memiliki kesesuaian dengan kondisi paparan data Kota Balikpapan saat ini berjumlah 30 indikator atau konsep liveable city di Kota Balikpapan telah mencapai 71,43% dari jumlah keseluruhan indikator yang digunakan dalam penelitian ini. Rincian untuk distribusi masing masing indikator secara berurutan: aspek fisik 10 (sepuluh) indikator, aspek lingkungan manusia 9 (sembilan) indikator, aspek lingkungan alam 7 (tujuh) indikator dan aspek ekonomi 4 (empat) indikator. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1 dan 2.
024681012141618EkonomiFisikLingkungan AlamLingkungan Manusiaindikator tercapai per aspekindikator liveable city per aspek
Gambar 1 Distribusi Indikator Liveable city yang Sesuai Dengan Kondisi Paparan Data Saat Ini Terhadap Masing Masing Aspek
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2015
KAJIAN KETERCAPAIAN KOTA LAYAK HUNI (LIVEABLE CITY) KOTA BALIKPAPAN
320 | Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V4N2
Gambar 2 Ketercapaian Konsep Liveable city
Kota Balikpapan
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2015
Keterangan:
hijau
:
ketercapaian konsep liveable city kota Balikpapan
merah
:
indikator liveable city yang belum tercapai di Kota Balikpapan
Kemudian pencapaian pengembangan konsep liveable city di Kota Balikpapan dilihat berdasar tingkat kepentingan indikatornya dari penilaian di kalangan pemerintah kota terhadap indikator/sub indikator liveable city. Posisi indikator didominasi di kuadran B (Keep up with the good work - pertahankan prestasi) yaitu menunjukkan bahwa kinerja/pelaksanaan dianggap penting dan harapan kualitas yang dipersepsikan juga sudah baik. Hal ini bisa dilihat pada gambar 3 dibawah.
Namun setelah dilakukan cross check masih ditemukan adanya indikator penting yang dipersepsikan/kinerja aktualnya tercapai namun menurut data, indikator tersebut belum tercapai. Indikator yang masuk dalam kategori tersebut yaitu:
1. Jumlah sekolah dasar negeri per 1.000 penduduk;
2. Jumlah sekolah menengah negeri per 1.000 penduduk;
3. Jumlah tempat tidur di rumah sakit per jumlah penduduk;
4. Banyaknya klinik medis terhadap angka/jumlah tenaga medis tiap 1.000 penduduk;
5. Jumlah sampah non-daur ulang yang dihasilkan oleh rumah tangga.
Sedangkan indikator penting lainnya dianggap persepsi/kinerja aktualnya masih belum tercapai dan setelah dilakukan cross check memang belum tercapai yaitu indikator:
1. Tingkat Lapangan Kerja (Orang yang bekerja/% penduduk usia < 15 Tahun);
2. Rasio guru terhadap murid pada sekolah dasar dan sekolah menengah;
3. Tarif air rata-rata per rumah tangga.
Sehingga kedelapan indikator di atas merupakan indikator prioritas yang harus ditingkatkan kinerjanya untuk meningkatkan pencapaian konsep liveable city di Kota Balikpapan.
Setelah indikator di atas terpenuhi dalam meningkatkan pencapaian konsep liveable city di Kota Balikpapan lebih baik lagi, indikator yang belum tercapai dengan tingkat kepentingan yang dianggap kurang bisa dilakukan pada tahap selanjutnya yaitu:
1. Jumlah rak sepeda yang dapat diakses di ruang publik;
2. Jumlah tenaga kesehatan per jumlah penduduk;
3. Konsumsi listrik per rumah tangga;
4. Rasio gedung pertunjukan seni, museum dan galeri seni terhadap jumlah penduduk.
Selengkapnya posisi indikator liveable city terhadap data saat ini dapat dilihat pada tabel 3 di bawah. 28,57% 71,43 %
Gina Nawangwulan
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V4N2 | 321
Gambar 3 Diagram Kartesius Posisi Indikator Ketercapaian Liveable City di Kota Balikpapan
Sumber: Hasil Pengolahan Data Kuesioner 2015
Tabel 3 Posisi Indikator Liveable City Terhadap Data Saat Ini
IPA untuk indikator
liveable city
Hasil Perhitungan
(Posisi Kartesius) dibandingkan data kondisi terkini
Indikator
Ketercapaian
Penting dengan persepsi/kinerja aktual memuaskan
Sesuai
10, 16, 19, 24, 29, 30, 31, 32, 42
Data dan persepsi/kinerja aktual menunjukan adanya kesesuaian. Indikator pada bagian ini dianggap penting. Analisis: indikator ini tercapai.
Tidak Sesuai
6,7, 17, 18, 26
Data/persepsi kinerja aktual menunjukan adanya ketidaksesuaian. Analisis: indikator ini belum tercapai.
Penting dengan persepsi /kinerja aktual kurang memuaskan
Sesuai
3, 8, 22
Data dan persepsi/kinerja aktual menunjukan adanya kesesuaian. Analisis: indikator ini belum tercapai.
Tidak Sesuai
1, 2, 4, 21, 23, 25, 41
Data dan persepsi/kinerja aktual menunjukan tidak adanya kesesuaian. Data saat ini menunjukan indikator tersebut memiliki kinerja yang baik. Analisis: indikator ini tercapai.
Kurang penting dengan persepsi/kinerja aktual memuaskan
Sesuai
5, 9, 11, 12, 20, 28, 33, 35, 37, 39, 40
Data dan persepsi/kinerja aktual menunjukan adanya kesesuaian. Analisis: indikator ini tercapai.
Tidak Sesuai
15
Data dan persepsi/kinerja aktual menunjukkan tidak adanya kesesuaian. Analisis: indikator ini belum tercapai.
Kurang penting dengan persepsi/kinerja aktual kurang memuaskan
Sesuai
13, 27, 38
Data dan Persepsi/Kinerja Aktual Menunjukan Adanya Kesesuaian. Analisis: indikator ini belum tercapai.
Tidak Sesuai
14, 34, 36
Data dan Persepsi/Kinerja Aktual Menunjukan Tidak Adanya Kesesuaian. Namun data saat ini menunjukan indikator tersebut memiliki kinerja yang baik . Analisis: indikator ini tercapai.
Sumber: Hasil Pengolahan Data 2015
Keterangan :
:
Data dan persepsi/kinerja aktual sesuai, indikator tercapai.
:
Data dan persepsi/kinerja aktual tidak sesuai, indikator belum tercapai walau dianggap penting.
:
Sesuai Data, indikator ini belum tercapai walaupun indikator ini dianggap penting.
:
Sesuai Data, indikator ini belum tercapai dan dianggap indikator yang kurang penting.
Kajian Ketercapaian Kota Layak Huni (Liveable City) Kota Balikpapan
322 | Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V4N2
Manajemen Pengembangan Kota di Balikpapan
Berdasarkan kajian literatur, penelitian ini menghasilkan 9 (sembilan) komponen utama yang digunakan untuk mengetahui dan mengidentifikasi bentuk dan manajemen pengembangan liveable city di Kota Balikpapan yaitu: (1) Kepemimpinan; (2) Kelembagaan: institusi pengelola dan kewenangan; (3) Sumber Pembiayaan; (4) Keterlibatan dan Partisipasi Seluruh Pemangku Kepentingan; (5) Transparansi dan Akuntabilitas; (6) Koordinasi dan Komunikasi; (7) Komitmen dan political will; (8) Ketersediaan sarana dan prasarana; dan (9) Kerjasama dengan berbagai pihak. Secara keseluruhan untuk hasil analisis aspek manajemen pengembangan liveable city di Kota Balikpapan sudah berjalan dengan baik. Kemudian untuk aspek komunikasi yang dianggap aspek penting maka perlu diketahui komponen audit komunikasi yang berjalan di Kota Balikpapan, hasilnya komponen audit komunikasi beberapanya dipersepsikan sangat baik hal ini dianggap dapat dibuktikan dari berbagai penghargaan yang diperoleh Kota Balikpapan sebagai akibat dari komunikasi antara stakeholder di Kota Balikpapan yang baik.
Gambar 4 Diagram Kartesius Posisi Variabel Audit Komunikasi dalam Pencapaian
Liveable city di Kota Balikpapan
Sumber: Hasil Pengolahan Data Kuesioner, 2015
Manajemen Pengembangan Kota dalam Pencapaian Liveable City
Dari kesembilan komponen yang menunjang manajemen pengembangan liveable city dan dari pemaparan temuan penelitian di atas, didapatkan kesimpulan bahwa faktor kepemimpinan, komitmen dan political will serta aspek koordinasi dan komunikasi merupakan faktor kunci yang mendorong pencapaian konsep liveable city di Kota Balikpapan. Faktor kepemimpinan dan komitmen/political will secara tidak langsung mempengaruhi komponen manajemen lainnya, terutama indikator keterlibatan dan komitmen para pemangku kepentingan. Selain itu yang menjadi catatan lain mengenai manajemen pengembangan liveable city di Kota Balikpapan adalah komunikasi. Aspek koordinasi dan komunikasi merupakan komponen utama selain kepemimpinan serta komitmen dan political will untuk keberhasilan manajemen pengembangan kota nyaman/layak huni. Komunikasi antar pemangku kepentingan di Balikpapan ini sangat baik. Komunikasi dengan perantaraan teknologi yang dapat menunjang layanan kepada masyarakat Kota juga baik: Command Center Kota Balikpapan berada di Twitter. Ratusan CCTV digantikan mata kepala warga. Gaji aparat diganti voluntarisme warga. Setiap akun informasi perkotaan Balikpapan juga rutin mengingatkan follower untuk terus partisipasi. Balikpapan bisa mengalahkan Paris dan Jakarta, dalam partisipasi di Big Data. Penghargaan yang masih sejalan dengan kenyamanan kota seperti Tata Ruang Kota terbaik ASEAN Environment Sustainable City (ESC), Tata Ruang terbaik se-Indonesia Tahun 2014 Kementerian PU dan Perumahan Rakyat untuk kategori kota, dan pengakuan dari ICLEI World Conggress di Seoul Korea Selatan sebagai sustainable city dan most liveable city di Tahun 2015.
Mekanisme pengembangan liveable city di Kota Balikpapan memiliki keterbatasan. Kendala utamanya adalah sumber pembiayaan yang masih bertumpu pada APBD Kota Balikpapan yang berakibat masih dianggap kurang memadainya sarana dan prasarana penunjang.
Gina Nawangwulan
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V4N2 | 323
Seharusnya pengembangan liveable city tidak hanya bergantung pada kemampuan manajemen para pemangku kepentingan dalam lingkungan Pemerintah Kota Balikpapan saja melainkan juga diperlukan kerjasama dan partisipasi dari berbagai pihak, terutama swasta untuk meunjang ketersediaan sarana dan prasarana penunjang yang diperlukan.
Pada dasarnya pengembangan liveable city Kota Balikpapan memang belum bisa sepenuhnya tercapai karena dalam mencapai liveability yang ideal dibutuhkan sebuah proses yang panjang. Walaupun demikian, pengembangan liveable city di Kota Balikpapan bisa dijadikan lesson learned dan model pengembangan kota layak/nyaman huni bagi kota/kabupaten lain yang ingin mengembangkan liveable city serupa.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Kesimpulan
Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan:
a. Dari keempatpuluh dua indikator ketercapaian konsep liveable city, maka pencapaian konsep liveable city di Kota Balikpapan sudah mencapai 30 (tiga puluh) indikator atau sebesar 71,43% dengan rincian untuk distribusi masing masing indikator secara berurutan: aspek fisik 10 (sepuluh) indikator, aspek lingkungan manusia 9 (sembilan), aspek lingkungan alam 7 (tujuh) indikator dan aspek ekonomi 4 (empat) indikator.
b. Masih ditemukan indikator penting liveable city yang dipersepsikan/kinerja aktualnya baik namun menurut data indikator tersebut belum tercapai, indikator di posisi ini sebanyak 5 (lima) indikator. Sedang indikator penting yang belum tercapai kinerja aktualnya sebagaimana ditunjukkan data sebanyak 3 (tiga) indikator.
c. Indikator yang dianggap kurang penting dengan persepsi/kinerja aktual kurang baik sebanyak 4 (empat) indikator.
d. Secara keseluruhan untuk hasil analisis aspek manajemen pengembangan kota di Kota Balikpapan sudah berjalan dengan baik. Kemudian untuk aspek komunikasi yang
dianggap aspek penting yang perlu diketahui dalam manajemen pengembangan kota maka komponen audit komunikasi yang diteliti dianggap sudah berjalan sangat baik di Kota Balikpapan.
e. Dari kesembilan komponen yang menunjang sebuah manajemen pengembangan kota dan dari pemaparan temuan penelitian di atas, maka didapatkan kesimpulan bahwa faktor kepemimpinan, komitmen dan political will serta aspek koordinasi dan komunikasi merupakan faktor kunci yang mendorong pencapaian konsep liveable city di Kota Balikpapan.
Rekomendasi
Dari analisis yang telah dijabarkan sebelumnya maka untuk meningkatkan ketercapaian konsep liveable city di Kota Balikpapan, beberapa kesimpulan dan saran yang dapat diusulkan antara lain:
a. Ada delapan indikator prioritas yang harus ditingkatkan kinerjanya untuk meningkatkan pencapaian konsep liveable city di Kota Balikpapan yaitu:
1. Jumlah sekolah dasar negeri per 1.000 penduduk;
2. Jumlah sekolah menengah negeri per 1.000 penduduk;
3. Jumlah tempat tidur di rumah sakit per jumlah penduduk;
4. Banyaknya klinik medis terhadap angka/jumlah tenaga medis tiap 1.000 penduduk;
5. Jumlah sampah non-daur ulang yang dihasilkan oleh rumah tangga;
6. Tingkat Lapangan Kerja (Orang yang bekerja/% penduduk usia < 15 Tahun);
7. Rasio guru terhadap murid pada sekolah dasar dan sekolah menengah;
8. Tarif air rata-rata per rumah tangga.
Berikutnya, indikator yang belum tercapai dengan tingkat kepentingan yang dianggap kurang dapat dilaksanakan untuk tahap selanjutnya yaitu:
1. Jumlah rak sepeda yang dapat diakses di ruang publik;
Gina Nawangwulan
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V4N2 | 324
2. Jumlah tenaga kesehatan per jumlah penduduk;
3. Konsumsi listrik per rumah tangga;
4. Rasio gedung pertunjukan seni, museum dan galeri seni terhadap jumlah penduduk.
b. Tahun 2016 Kota Balikpapan akan berganti kepala daerah. Masih diperlukan pimpinan daerah yang mampu mengembangkan jiwa kepemimpinan transformasional dan juga menjalin hubungan baik diantara para pemangku kepentingan kekuasaan sehingga dapat bekerjasama dan berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama khususnya pencapaian liveable city.
c. Dalam pengembangan liveable city, sebaiknya dibentuk suatu institusi / lembaga yang menangani dan mengelola berbagai program pengembangan liveable city yang melibatkan stakeholder lain selain pemerintah. Bentuk kelembagaannya bisa berbentuk outsourcing ataupun Public Private Partnership (PPP). Perlu adanya sumber pembiayaan lain yang mendukung pelaksanaan liveable city, sehingga program kegiatan yang dikembangkan bisa berjalan sesuai dengan tujuannya.
d. Hasil audit pelaksanaan liveable city sebaiknya tidak hanya disosialisasikan ke SKPD yang ada dilingkungan pemerintah Kota Balikpapan tetapi dapat diketahui masyarakat misalnya melalui media sosial ataupun website pemerintah kota.
e. Komunikasi dan koordinasi pelaksanaan manajemen kota untuk mencapai konsep kota liveable city dapat disampaikan dan dilakukan melalui media sosial ataupun website pemerintah kota yang sudah baik harus bisa lebih ditingkatkan.
• Aspek-aspek dalam komponen audit komunikasi yang dipersepsikan /berkinerja aktual kurang baik padahal merupakan harapan/kepentingannya tinggi menjadi pekerjaan rumah di pemerintah kota agar diperbaiki sehingga tujuan pembangunan kota maupun penyampaian visi liveable city tercapai. Perlu adanya strategi komunikasi dalam percepatan reformasi birokrasi dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik untuk mengubah sistem,
pola pikir dan budaya kerja di Pemerintah Kota Balikpapan. Saluran komunikasi (media) yang dipakai yaitu website, email, call center dan radio komunitas. Sedangkan untuk strategi komunikasi yang dipakai dengan cara mengadakan rapat koordinasi, sosialisasi dan juga survei kepuasan.
• Aspek-aspek dalam komponen audit komunikasi yang dipersepsikan /berkinerja aktual kurang baik dan dengan anggapan harapan/kepentingan kurang jangan diabaikan oleh kalangan di pemerintahan kota. Hal ini karena seluruh proses komunikasi pada akhirnya menggantungkan keberhasilan pada tingkat ketercapaian tujuan komunikasi, yakni sejauh mana para partisipan memberikan makna yang sama atas pertukaran pesan, itulah yang dikatakan sebagai komunikasi antarbudaya yang efektif, sering di sebut pula dengan efektivitas komunikasi antarbudaya.
• Aspek-aspek dalam komponen audit komunikasi yang dipersepsikan /berkinerja aktual baik namun dengan anggapan harapan/kepentingan kurang jangan diabaikan oleh kalangan di pemerintahan kota. Hal ini disebabkan untuk meningkatkan manajemen kota komponen komunikasi penting dalam usaha mendukung konsep liveable city adalah :
a. Meningkatkan infrastruktur komunikasi dan informatika guna memperluas aksesibilitas masyarakat terhadap informasi
b. Mendorong peningkatan aplikasi layanan publik yang aplikatif dan terpadu
c. Mendorong peranan media cetak dan elektronik dalam menciptakan masyarakat informatif yang menjunjung nilai – nilai budaya
d. Mendorong peranan kelompok-kelompok masyarakat dalam mewujudkan masyarakat informasi.
f. Seharusnya penilaian ketercapaian visi Kota Balikpapan sebagai liveable city didasarkan pada referensi indicator yang digunakan kota maju di dunia sehingga memberikan
Gina Nawangwulan
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V4N2 | 325
penilaian konsep liveable city yang independen. Pada kenyataannya visi liveable
city tersebut dinilai atau audit secara rutin menggunakan indikator Permendagri.
Ucapan Terima Kasih
Ucapan terima kasih peneliti berikan dengan setulus-tulusnya kepada Dr. Ridwan Sutriadi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan masukan, dukungan serta kritikan yang membangun dalam penelitian ini.
Daftar Pustaka
Australian Bureau of Statistics. (2005). Crime and Safety. Canberra: Australian Bureau of Statistics.
Backus, M. (2001). E-governance in Developing Countries. IICD Research Brief.
Badan Pusat Statistik Kota Balikpapan. (2014). Balikpapan Dalam Angka. Balikpapan: BPS .
Bigio, A. G. and B.Dahiya. (2004). Urban Environment and Infrastructure Toward Livable Cities. Washington, DC: The International Bank for Reconstruction and Development/The World Bank.
Center for Liveable Cities Singapore. (2014). Liveable and Sustainable Cities A Framework, Singapore” Civil Service College, Institute of Governance and Policy.
Cicerchia, A. (1999). Measures of Optimal Centrality: Indicators of City Effect and Urban Overloading. Social Indicators Research. Vol. 46, Number, p. 273
Community Indicators Victoria. Data Framework. (2013). Available From: http://www.Communityindicators.Net.Au/Data_Framework.
Design for Health, Health impact assessment: Threshold analysis workbook. (2008).Design for Health, University of Minnesota
Devas, N. and C. Rakodi, C. (eds). (1993). Managing Fast/Growing Cities: New Approches to Urban Planning and Management in Development World. New York: Wiley
Economist Intelligence Unit. (2011). Liveability Ranking Report. London: Economist Intelligence Unit.
Edward III, Gorge CM. (1980). Implementing Public Policy. Washington DC: Congessional Quarterly Inc.
Findlay, A., A. Morris, and R. Rogerson. (1988). Where to live in Britain in 1988: Quality of life in British cities. Cities, Vol. 5, Number 3, pp. 268-276
Goggin, Malcom L. et al. (1990). Implementation, Theory and Practice: Toward A Third Generation. Glenview, Il: Scott Foresmann and Company.
Hashimoto, A. and M. Kodama. (1997). Has livability of Japan gotten better for 1956-1990? A DEA approach. Social Indicators Research, Vol. 40, Number 3, pp.359-373.
Honey-Ray, L. and C. Enns. (2009). Child and youth friendly Abbotsford: Community strategy. Abbotsford, Canada: City of Abbotsford and Union of British Columbia Municipalities.
Jeffres, L.W.(2010). The Communicative City: Conceptualizing, Operationalizing, and Policy Making. Cleveland, OH: School of Communication, Cleveland State University.
Li, F.Z., et al. (2008). Built Environment, Adiposity, and Physical Activity In Adults Aged 50-75. American Journal of Preventive Medicine. Vol.35, No., pp. 38-46
Litman, T. and D. Burwell. (2006) Issues in Sustainable Transportation. International Journal of Global Environmental Issues. Vol. 6, No.4, pp. 331-347
Lowe, Melanie. et al. (2013). Liveable, Healthy, Sustainable: What Are the Key Indicators for Melbourne Neighbourhoods? Place, Health and Liveability Research Program. Research Paper 1.
Money Magazine. (2011). Best places to live: Compare cities. Available from: http://apps.money.cnn.com/bestplaces_201
Parkinson, M. (1990). Leadership and Regeneration in Liverpool: Confusion, Confortation, or Coalition. Newburry, CA: Sage Publication
Van Vliet, Willem. (2008). Creating Livable Cities for All Ages: Intergenerational Strategies and Initiatives. Working Paper CYE-WP1-2009. Children, Youth and Environments Center, University of Colorado

Tidak ada komentar:

Posting Komentar